H. Soedaryanto, SE, SKM, MA |
Bermula dari memanfaatkan waktu menunggu pesanan makan siang di warung
“Kaharasa” di Kabupaten Lombok Utara, setelah acara pencanangan hari Kesatuan
Gerak PKK tanggal 27 Oktober 2011, saya bersama Sekretaris dan Pimpinan Redaksi
BARA BANGSAKU membuka diskusi kecil tentang perkembangan Koran Desa yang kita
miliki ini.
Pak Chairy selaku Pimpinan Redaksi menyebutkan bahwa tadi pagi saat
Koran Desa dibagikan di tempat acara pencanangan HKG-PKK di halaman Pendopo
KLU, rata-rata undangan yang hadir “memperhatikan” Koran Desa terbitan BPMPD
Provinsi NTB dengan indikator koran (atau tepatnya tabloid) dipegang dan
dilihat.
Indikator kedua sehabis acara ternyata Koran dibawa dan tidak tersisa
di tempat duduk yang ditinggalkan undangan. Satu kesimpulan sementara, Koran
Desa “BARA BANGSAKU” terbitan BPMPD
yang sampai dengan saat ini merupakan edisi ke enam, cukup menarik dari sisi
penampilan dan jenis kertas yang digunakan.
Pertanyaan muncul, perlukah koran yang terbagi pada 1.031 Desa/Kelurahan
di NTB ini diperbesar produksinya untuk tahun 2012.
Insya Allah dari sisi anggaran masih bisa dipertahankan, bahkan mungkin
perlu diperbesar sehingga kalau saat ini setiap Desa/Kelurahan tidak hanya mendapatkan I eksemplar, mungkin tahun 2012 dipertimbangkan
satu Desa/Kelurahan akan mendapatkan 5 eksemplar, sehingga bukan hanya
perangkat Desa yang membaca, tetapi masyarakat dapat juga membaca saat
berkunjung ke Kantor Desa/Kelurahan.
Lalu . . . beralih ke topik apa yang perlu diusung secara berkesinambungan
dalam BARA BANGSAKU ?
Topik besar yang diusung tetap yaitu : Penanggulangan Kemiskinan dan
Desa Tuntas Gerakan 3-A (PEKAN DESTARATA).
Okey . . . kita sepakat! Khusus edisi ke enam topik kita adalah PEKSI
LANDAK.
Peningkatan Keselamatan Ibu melalui Ambulan Desa dan Kelurahan yang
bisa disingkat PEKSI LANDAK merupakan
sebuah isu menarik untuk mendukung Angka Kematian Ibu Nol (AKINO) dengan
beberapa pertimbangan :
1.
Proporsi penyebab
kematian ibu melahirkan terbesar adalah perdarahan, meskipun dari tahun ke
tahun di Provinsi NTB menunjukkan adanya penurunan (35,2 % tahun 2008, 33,9 %
tahun 2009 dan 29,17 % tahun 2010). Tingginya kematian ibu melahirkan karena
perdarahan ini, terkait dengan kurangnya sarana transportasi yang disebut
Ambulan Desa.
2.
Ambulan Desa
khusus berupa mobil atau sepeda motor yang dimodifikasi sehingga terdapat ruang
tempat tidur ibu hamil yang menyatu dengan sepeda motor, telah diadakan
diperdesaan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Inovasi ini lebih konkrit
untuk diterapkan secara luas di NTB. Pemerintah Desa Mambalan, Kekait, dan
Jatisela mengadakan Ambulan Desa sjenis dari dana PNPM Generasi Sehat Cerdas
tahun 2010.
3.
Ambulan Desa yang
khusus mudah operasionalisasinya, tidak layak untuk kegiatan transportasi lain,
sehingga akan efektif khusus untuk keperluan membantu transport cepat ibu yang
akan melahirkan, terhindar dari perdarahan yang lama sebagai penyebab
terbesar kematian ibu melahirkan.
4.
Operasionalisasi
Ambulan Desa diterima masyarakat, dengan menunjuk satu atau beberapa operator
dan bermarkas di Kantor Desa. Pemeliharaan pun dapat di musyawarahkan oleh
masyarakat pengguna dan Pemerintah Desa.
Pada akhirnya penulis menghimbau bapak-bapak di
Pemerintah Desa dan Kelurahan, untuk
mewujudkan salah satu karya nyata yang dibutuhkan masyarakat yaitu
Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan melalui Ambulan Desa/Kelurahan atau
PEKSI LANDAK.
Selamat
berinovasi . . . . . . sembari terus membantu masyarakat.
Dan kepada pak bupati, terutama yang masih memiliki
Komunitas Adat Terpencil (KAT) ada baiknya meneliti apakah PEKSI LANDAK ini
diperlukan untuk KAT. Saya yakin diperlukan!
Mari kita konsentrasi bersama pak Bupati, sejumlah 44
Dusun pada 28 Desa di 20 Kecamatan KAT di Provinsi NTB, kita targetkan segera
memiliki Ambulan Desa, bahkan semua Desa/Kelurahan perlu pak.
*) Kepala BPMPD Provinsi NTB
artikel yang sangat menarik.. semoga PEKSI LANDAK bsa berkembang demi tercapainya AKINO.
BalasHapus